Jakarta, 24/8/2021. Sekretaris Jenderal (Sekjen) Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto menjadi keynote speaker pada diskusi online (DETalk) yang diselenggarakan oleh Dunia Energi dengan tema “Optimalisasi Penggunaan Gas Bumi Menuju Transisi Energi”.
Diskusi yang dipandu Pemimpin Redaksi Dunia Energi Dudi Rahman ini dihadiri oleh para narasumber yang memahami baik tentang gas bumi, yaitu Sekretaris SKK Migas Taslim Z Yunus, Direktur Perencanaan Strategis dan Pengembangan Bisnis Pertamina Hulu Energi John H Simamora, Executive Vice President BBM dan Gas PLN Ahmad Daryanto, Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PT Perusahaan Gas Negara Heru Setiawan, dan Direktur Operasi Risco Energy Aditya Pratama.
Dalam sambutannya, Djoko Siswanto yang akrab disapa Djoksis mengatakan bahwa Indonesia berkomitmen menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) pada tahun 2030 sebesar 29% dari BaU dengan kemampuan sendiri atau sebesar 41% dengan bantuan internasional. Oleh karena itu, program pemanfaatan energi baru terbarukan, pemanfaatan gas bumi yang optimal dan efisiensi energi merupakan kontributor utama aksi mitigasi sektor energi dalam penurunan emisi tersebut.
Sesuai Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2014 tentang Kebijakan Energi Nasional, terdapat paradigma baru dalam pengelolaan energi yaitu menjadikan energi sebagai modal pembangunan nasional. Paradigma ini memiliki harapan agar dapat meningkatkan pembangunan ekonomi dan multiplier effects seperti penciptaan nilai tambah di dalam negeri serta penyerapan tenaga kerja. Untuk itu perlu peningkatan pemanfaatan energi khususnya gas bumi domestik dibandingkan dengan ekspor.
Dalam rangka mendorong peningkatan pemanfaatan gas bumi domestik, Pemerintah telah menerbitkan kebijakan penyesuaian harga gas bumi di plant gate yang diarahkan guna mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan daya saing industri nasional, seperti mendorong terciptanya multiplier effect dan pertumbuhan ekonomi, penurunan beban subsidi (pupuk dan listrik) dan kompensasi listrik, mendorong energi bersih, mendorong percepatan jargas dan BBG untuk transportasi serta konversi pembangkit diesel ke gas.
“Pada neraca gas bumi tahun 2020-2030, gas bumi di Indonesia diprioritaskan untuk pemenuhan kebutuhan domestik seperti industri, listrik, gas rumah tangga, tranportasi, pupuk dan petrokimia serta lifting. Sementara itu kebutuhan untuk ekspor dari tahun ke tahun terus dikurangi”, ujar Djoksis.
Djoksis menambahkan akan dibangun tiga transmisi pipa gas yang dapat memanfaatkan pengalihan ekspor gas dan memacu pembangunan industri berbasis gas. Pembangunan tersebut meliputi West Natuna Transportation System (WNTS) ke Pemping, Dumai-Sei Mangkei, dan Cirebon-Semarang.
Pembangunan jaringan gas kota juga terus dikembangkan oleh Pemerintah. Manfaat jaringan gas kota ini lebih praktis, bersih, dan aman dibandingkan tabung LPG 3 kg. Sampai dengan tahun 2020 telah dibangun jaringan gas kota sebanyak 673.000 Sambungan Rumah (SR) dan diharapkan pada tahun 2021 akan ada tambahan sebanyak 120.776 SR yang akan dibangun melalui APBN Kementerian ESDM. Pembangunan jaringan gas kota juga telah diprogramkan dalam Grand Strategi Energi Nasional (GSEN) melalui tambahan 10 juta SR pada tahun 2030 yang diharapkan dapat menggantikan setara dengan 1,1 juta ton LPG, pungkas Djoksis.
Narasumber pertama, Taslim Z Yunus menjelaskan tentang pengembangan pasokan gas bumi Indonesia. Pasokan gas akan dapat memenuhi kebutuhan gas bumi di Indonesia hingga tahun 2030, bahkan terdapat potensi untuk kelebihan pasokan gas yang perlu dikomersialkan.
John Simamora dari PHE menambahkan bahwa Indonesia memiliki sumber daya gas yang melimpah, tunduk pada pengembangan proyek-proyek baru yang membutuhkan biaya hulu yang dioptimalkan, harga pasar yang kompetitif dan fiskal yang menarik.
Sedangkan Ahmad Daryanto menjelaskan tentang data penyerapan gas PLN di tahun 2010-2020. Tersedianya infrastruktur gas menyebabkan peningkatan penyerapan gas, porsi serapan LNG juga semakin meningkat seiring penurunan kemampuan pasok gas pipa. Namun, masih belum kompetitifnya harga gas dibandingkan harga batubara menyebabkan fuel mix gas semakin rendah diperparah pada masa pandemi Covid-19.
Heru Setiawan menambahkan bahwa sustainability bisnis gas bumi perlu dijaga mengingat perannya yang penting dalam transisi energi. Oleh karena itu, dalam rencana jangka panjang pengembangan infrastruktur gas bumi diperlukan regulasi sebagai enabler dalam menciptakan lingkungan yang memberikan jaminan alokasi/pasokan dan jaminan keekonomian pembangunan infrastruktur.
Aditya Pratama menegaskan bahwa Risco Energy secara proaktif mendukung PT PGN dalam mengembangkan infrastruktur LNG sesuai dengan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 13 K/13/MEM/2020 tentang Penugasan Pelaksanaan Penyediaan Pasokan dan Pembangunan Infrastruktur Liquified Natural Gas (LNG), Serta Konversi Penggunaan Bahan Bakar Minyak dengan Liquefied Natural Gas (LNG) Dalam Penyediaan Tenaga Listrik. (Teks: MM, RAD. Foto: OT).