Jakarta, 29/11/2022. Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto menyampaikan sambutan dalam acara Indonesia National Electricity Day 2022 yang diselenggarakan secara luring oleh Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI) di Hotel Mulia Jakarta.
Dalam sambutannya, Djoko menjelaskan mengenai strategi pemerintah dalam mewujudkan transisi energi rendah karbon. Indonesia sendiri masih akan tetap menggunakan energi fosil, namun dengan dibarengi oleh teknologi bersih seperti CCU dan CCUS. Di samping itu, akselerasi pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) juga akan terus dilakukan bersamaan dengan upaya untuk mendorong penggunaan kendaraan listrik, baterai dan hidrogen. Sistem smart grid dan smart energy juga akan terus dikembangkan dengan dibarengi oleh konservasi energi. Strategi ini akan dilakukan dengan tiga fase, yakni dekarbonisasi, desentralisasi, dan digitalisasi.
Pria lulusan program doktoral ITB ini juga menyinggung perihal RUPTL Hijau, di mana PLN merencanakan porsi penambahan kapasitas pembangkit EBT sebesar 51,6% atau mencapai 20,9 GW. PLN juga berencana untuk mengeksekusi program early retirement PLTU berbasis batubara sebesar 1,1 GW, serta penggantian PLTD/PLTMG/PLTG tua.
Lebih lanjut, dalam acara peringatan Hari Listik Nasional ke-77 ini, Herman Darnel Ibrahim, Anggota DEN yang juga merupakan board of expert MKI juga menjadi moderator dalam panel diskusi bertajuk “Lesson Learnt: Re Development to Support the Energy Transition in ASEAN”. Panel diskusi tersebut juga turut menghadirkan sejumlah narasumber, diantaranya Chief Operating Officer TNB Renewables Hanif Siraf, President Director Elsewedy Electric Indonesia Hany Gamal, dan Pengamat Energi Alloysius Joko Purwanto.
Dalam paparannya, Joko Purwanto menjelaskan bahwa salah satu indikator penting dalam proses transisi energi adalah pemanfaatan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan. Di sisi lain, hal tersebut masih menemui sejumlah tantangan, diantaranya mekanisme harga yang belum berkelanjutan, tingginya biaya listrik rata-rata (levelized cost of electricity/LCOE), dilema tarif listrik, serta belum konsisten dan koherennya regulasi yang ada.
Oleh karena itu, Joko Purwanto menyampaikan prinsip-prinsip untuk menanggulangi tantangan tersebut, diantaranya mekanisme harga yang berkelanjutan, LCOE untuk energi terbarukan, kompensasi atas biaya produksi dari IPP yang digunakan untuk menghasilkan renewable electricity, kestabilan regulasi secara jangka panjang, serta pemanfaatan sumber energi lainnya untuk pembangkit.
Senada, Hanif menambahkan beberapa faktor kunci untuk mewujudkan renewable electricity bagi pelaku bisnis, yakni model bisnis yang tangkas, jejaring yang kuat, akses terhadap pendanaan, sumber daya manusia dan pengetahuan, dan teknologi.
Selain konferensi, agenda yang berlangsung selama dua hari ini juga menggelar gala dinner yang turut dihadiri oleh Sekretaris Jenderal DEN Djoko Siswanto, serta Anggota DEN Herman Darnel Ibrahim dan Yusra Khan. (Teks: SL, Grafis: OT, Editor: DR)