Jakarta, 14/03/2023. Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Satya Widya Yudha menjadi pembicara dalam webinar bertajuk “Implementation of a Just Energy Transition in Indonesia” yang digelar secara daring (22/12). Webinar tersebut juga turut dihadiri sejumlah narasumber lainnya antara lain Policy Analyst International Institute for Sustainable Development (IISD) Oliver Bois von Kursk dan Program Manager Energy Transformation Institute for Essential Services Reform (IESR) Deon Arinaldo.
Dalam paparannya, Satya menyampaikan bahwa Indonesia memiliki peranan penting dalam penerapan Just Energy Transition Partnership (JETP), khususnya dalam memenuhi pengurangan emisi karbon dan menjaga kenaikan suhu rata-rata global tetap di bawah 1,5 derajat Celsius sesuai dengan kesepakatan Paris Agreement.
“Strategi Indonesia lebih kepada bagaimana mencapai ketahanan energi dan pembangunan berkelanjutan. Perubahan yang dilakukan tidak radikal, tetapi Indonesia akan berupaya maksimal untuk melakukan dekarbonisasi energi fosil sampai energi baru terbarukan (EBT) dapat mengambil alih,” terang pria lulusan Cranfield University ini.
Untuk mencapai target-target yang dicanangkan, Satya juga menekankan pentingnya pendanaan dan konsistensi dunia. Lebih lanjut, pria yang pernah menjabat sebagai Wakil Komisi VII DPR RI ini juga berharap negara-negara maju dapat menemukan inovasi teknologi yang dapat mengakselerasi pengembangan EBT dan early retirement pembangkit.
Oliver menambahkan bahwa produksi dan konsumsi minyak dan gas bumi diharapkan dapat turun sekitar 30% pada tahun 2030, dan 65% pada tahun 2050. Pemerintah juga diharapkan dapat memberikan dukungan untuk mendorong pemanfaatan tenaga bayu dan surya dengan mempertimbangkan tingginya kebutuhan di negara-negara Asia (kecuali Jepang). “Potensinya luar biasa, namun masih terdapat kendala dalam hal pembiayaan,” terang Oliver.
Senada, Deon menyampaikan bahwa pada skenario transisi energi, EBT khususnya surya akan memegang porsi besar dalam pembangkitan tenaga listrik di Indonesia. “Pengembangan dan penguatan interkoneksi jaringan menjadi kunci penting dalam mencapai target NZE dan menjaga kenaikan suhu di bawah 1,5 derajat celsius. Sebab, potensi EBT ini tersebar dan terletak di luar potensi demand terbesar, yakni Jawa dan Bali,” terang Deon. (Teks: SL, Grafis: OT, Editor: DR)