Menurut studi-studi ilmiah, pengembangan bahan bakar nabati atau biofuel akan berdampak positif meningkatkan perekonomian suatu negara. Perhitungan dan studi ilmiah tersebut juga didukung oleh laporan pemerintah praktisi pengembang biofuel yang menyampaikan bahwa perekonomiannya telah tumbuh karena pengembangan industri biofuel.
Studi-studi ilmiah diantaranya oleh Universitas Negeri Taiwan yang menghitung dampak ekonomi pengembangan ubi jalar sebagai bahan baku bioethanol di Taiwan menggunakan model CGE. Hasilnya mengindikasikan bahwa dengan beberapa skenario, semua menunjukkan bahwa pengembangan tersebut memperbaiki variabel makroekonomi dan lingkungan.
Studi ilmiah lainnya juga menunjukkan hal yang sama, misalnya oleh Bio Economic Research Associates yang meneliti tentang dampak ekonomi produksi biofuel terhadap perekonomian Amerika hingga 2030. Hasil studi mengindikasikan bahwa kilang biofuel generasi lanjut dapat menciptakan 200.000 pekerjaan pada 2022.
Sementara itu baru-baru ini pemerintah negara bagian Nebraska Amerika Serikat sebagai praktisi kebijakan biofuel, melaporkan perbaikan makroekonomi akibat pengembangan industri biofuel di wilayahnya. Pembangunan 25 kilang bioethanol menyerap 1322 tenaga kerja, yang akhirnya menciptakan total lapangan kerja langsung dan tak langsung sebanyak 7703.
Menurut ekonomis dari Nebraska Public Power District, Industri ethanol Nebraska menghasilkan pemasukan pajak langsung ke negara sebesar 19.6 juta USD, dan memberi sumbangan total ke perekonomian negara sebesar 5.9 milyar USD.
Selain itu pengembangan industri bioethanol juga berdampak pada pengurangan impor bahan bakar minyak. Ini lebih jauh juga dapat memperbaiki ketahanan energi nasional.
(Dari berbagai Sumber - Siti Mariani)